WEDDING DRESS Part.12

_Yui POV_

“kita bercerai Yuchun-a, apa kau bahagia..apa bebanmu berkurang yuchun-a..katakan padaku jangan diam saja, kau tahu sakit rasanya tak bisa mendengar suaramu, melihatmu seperti ini. Aku mohon sembuhlah. . .”
Cincin ini berikan pada Ara, aku tahu semuanya terlambat tapi aku yakin dia mencintaimu yuchun-a. Ayo sembuh..”
Dia tetap tak bergeming, hanya memandang langit-langit. Dia tak lumpuh tapi dia tak bisa menggerakkan badannya, yang tak bisu tapi lidahnya kelu,dia tak tuli karna dia bisa mendengar. Aku menangis sejadi-jadinya, apa lagi yang harus kulakukan..” isakku hingga kudapati dia berkaca-kaca, aku benar-benar terkejut akan hal itu.
“Yuchun-a kau ingin apa?katakan!ayo katakan padaku!kenapa kau menangis?kau menangisi apa?”
*berkaca-kaca ndul, g nangis*
“Yuchun-a bicaralah..apa yang kau tangisi. Kau ingin bertemu Ara?araso. akan kulakukan itujika itu maumu, jika itu dapat membuatmu sembuh” akupun beranjak dari tempatku, berbicara pada Jiro oppa untuk cepat-cepat menemukan Ara.

“apa kau benar-benar takmenemukannya diparis oppa?”
“aku sudahmencarinya kemana-mana. Aku juga sudah mengerahkan teman-temanku untuk ikut mencari Ara”
Seketika air mataku menetes, kuseka air mataku tapi tetap saja mengalir.
“aiSh..kenapa air mata ini tak bisa berhenti menetes” kataku dengan marah. Jiro oppapun memelukku,
“Yui-a jangan menangis akan kucarikan ara untukmu” sahut jiro oppa denganmengecup keningku.
“aku pergi dulu, jaga yuchun-a, jika ada apa-apa telpon aku” imbuh jiro oppa padaku
Dia memang bukan oppa kandungku tapi dia begitu sayang padaku.
‘oppa gomawo’
***

_Ara POV_

Tepat pada tanggal 18 agustus aku pulang keSeoul dengan Jiyong.
“apa kau siap” tanya jiyong meyakinkanku
Aku hanya dapat menganggukkan kepalaku, cincin yang harusnya yuchun oppa berikan tapi sekarang cincin yang tersemat dijariku milik jiyong. Nampyeonku, yang akan mengisi lembaran hidupku dengan warna baru. Jiyong oppapun memegang tanganku. Kamipun pulang kerumah baru kami, aku meminta jiyong oppa untuk membeli rumah didaerah incheon yang jauh dari seoul.
“oppa, apa ini rumah tak terlalu besar?” tanyaku
“Mm..mungkin sekarang memang terlalu besar tapi dua tahun lagi rumah ini akan terlihat kecil, dengan anak kita” sahut jiyong membuat lidahku kelu. Aku benar-benar belum siap untuk ini. Apa harus sekarang kita melakukannya oppa. Jiyong oppa hanya melihatku dengan senyum simpulnya dan memelukku
“oppa aku..”
“mitjanha,Ara. Aku takkan memaksamu, aku akan menunggumu sampai kau siap” katanya semakin ert memelukku
Aku benar-benar merasa bersalah atas sikapku. Aku menikahi jiyong oppa hanya karna aku ingin lari dari yuchun oppa.
“mianhe oppa”
“ara sudahlah”

Makan malam.
Jiyong oppa menghampiriku saat dia mencium aroma makanan didapur.
“mM.. sepertinya ara istriku ini pintar memasak” sahutnya
“ne, akukan diajari yuchun oppa” celetukku
“ah..mian oppa”
“gwaenchanha,,bukankah semua orang punya guru” sahutnya menenangkanku

Tok tok tok . . .

Akupun mengalihkan pandanganku pada ruang tamu. Kubuka pintu dan alangkah terkejutnya kau melihat Yui dengan Jiro oppa didepanku
“Ara” sahut Jiro
“apa yang kalian lakukan disini?” tanyaku
“ara ikut kami temui yuchun-a” kata jiro oppa dengan menggandeng tanganku. Ku lepaskan tanganku darinya
“ada apa dengan kalian, pergi. Aku tak ingin menemui yuchun oppa”
“ada apa ara?kalian! apa yang kalian lakukan disini?” tanya jiyong berdiri dibelakangku
“giarkan ara bertemu dengan yuchun-a” kata yui
“Andwe. Bisakah kalian lihat cincin yang tersemat pada jariku” kataku
“Ara, tapi yuchun-a verada dirumah sakit sekarang. Sudah satu bulan dia tak bicara, bergerak atau mendengar. Apa kau tega dengan yuchun-a. Dia membutuhkanmu ara, dia akan sembuh jika ada kau. Jebal ikut aku menemui yuchun-a” tutur yui membuatku tercengang. Aku benar-benar tak percaya yuchunoppa akan seperti ini, sungguh aku ingin berlari enemui yuchun oppa mengatakan ‘aku akan kesana’
Tapi disini tempatku, jiyong dia milikku. Yuchun oppa bukan siapa-siapaku lagi, sakit rasanya hati ini.
“mian..kalian pergi saja” sahutku dengan memalingkan badanku. Jiyong oppa menarikku, memasukkanku dalam mobil
“oppa. ..apa yang”
“kalian tunjukkan jalannya” seru jiyong oppa pada yui dan jiro. Kamipun melesat kerumah sakit.

30menit kami sampai dirumah sakit.
‘KAMAR 103’
Aku masih berdiri didepan pintu, aku benar-benar tak sanggup melihat yuchun oppa dengan keadaan yang sekarang.
“ayo masuk ara” kata yui, tapi tetap aku tak bergerak sama sekali. Tiba-tiba jiyong oppa memegang pundakku
“Ara, ku izinkan kau bertemu yuchun-a. Sekarang pergilah” bisik jiyong ditelingaku
Selangkah demi selangkah aku memasuki kamar yuchun oppa. Dapat kucium bau karbon rumah sakit beserta obat-obatannya, yuipun berdiri agak jau dari ranjang yuchun pandangannya menuju yuchun. Ku alihkan pandanganku pada yuchun oppa,
‘astaga,,oppa’
‘yuchunku..’
Air mataku menggenang, kuusahakan untuk tak jatuh dipipiku. Kudekati ranjangnya. Dia benr-benar tak melihatku, pandangannya lurus. Ku sentuh tangannya lalu kepipinya menuju bahunya.
‘oppa kau tak merasan sentuhanku, sebegitunyakah..’
Aku berlutut disampingnya tak sanggup menutupi rasa sedihku akupun menangis sejadi-jadinya menyembunyikan wajahku pada lengannya.
“oppa..oppa..Oppa..opPa..” kata itu yang dapat kukatakan, hanya itu. Sangat lama aku disampingnya dengan menangis, sampai kusadari hari melai pagi.
“oppa,” kulihat wajahnya berharap dia melirikku, tapi matanya tetap lurus kedepan.
“apa karena aku?oppa..aku disini sembuhlah ..aku mohon..aku aku..janji apa yang harus kuberikan padamu agar kau sembuh. Jangan membuatku menderita seperti ini” kataku tapi dia tetap takbergeming. Hingga pandanganku terfokus pada bibirnya. Sedikit demi sedikit kudekatkan bibirku dibibirnya, aku masih dapat melihat tetesan air mataku jatuh dipipinya yan pucat. Kudaratkan bibirku kebibirnya, dingin aku seperti mencium mayat. Sungguh dia benar-benar takbergeming. Semakin aku menciumi bibirnya semaki aku menangis. Hingga ku jauhkan wajahku darinya
“apa kau benar-benar tak merasakan ciumanku oppa?”
“sudahkah kau melupakannya” aku kembali menangis. Aku menjerit sekencang-kencangnya hingga membuat jiyong, jiro dan yui menghampiriku
“waeyo ara?” tanya jiyong cemas dan memelukku
“KENAPA TUHAN MELAKUKAN INI PADAKU, KENAPA!!??” teriakku lagi aku benar-benar frustasi. Yui yang tadinya mencemaskanku diapun menangis
“sudah, ayo kita istirahat dulu” kata jiyong
“ANIO, RASANYA AKU INGIN MATI SAJA JIKA MELIHAT YUCHUN OPPA SEPERTI INI. LEBIH BAIK AKU MATI DARIPADA AKU MELIHATNYA MATI DIDEPANKU” kataku dengan mengambil pisau buah dimeja, kuarahkan pisau itu diurat nadiku otakku benar-benar sudah kosong, aku tak bisa melakukan apa-apa. Pisau itu kudekatkan dan menyentuh kulitku
“Ara tenang. Kita bisa menyelesaikan ini. Kau pasti bisa menyembuhkan yuchun-a”
“Ara jangan lakukan itu”
“ara shiroyo”
Keputusan terakhir yang kuambil adalah menggoreskan pisau itu, sekelebat aku melihat yuchun oppa tapi dia tetap tak bergeming.
“BIARKAN SEMUA SEPERTI INI” kataku yang terakhir yang terucap untuk yuchun,
Tapi..
Dia menangis, dia mengeluarkan air mata. Dia berkedip
“oppa..” kataku. Semua mata menjuru pada yuchun. Yui dan jiropun menghampirinya. Sedangkan aku tergeletak dilantai. Jiyongpu membuang pisau itu jauh-jauh.
“ara yuchun-a menangis ara” kata yui dengan senyum mengembang *mw lak yo berkaca2 seh*
***

-tbc-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secret Contact behind every body|Season-2|YAOI|NC-17|ChoKi ChoKi - MIANHAE|Prolog

Telling You The Truth

Wedding Dress Part.8