Say NO! Can't Life Withoud You

Sudah beberapa hari ini aku berangkat maupun pulang sekolah dengan Jonghun oppa. entah perasaan apa ini, tapi selalu timbul bahagia.

"jangan katakan kau menyukainya ji"

"dia kakak min hwan"

aku bergumam, bukan..bukan.. tapi aku mengeluarkan kata2 yang aku rasakan.

"ji, sudah pulang?"

"ne, oppa" aku berdiri tepat di hadapannya

"ayo pulang"

"ani, hari ini aku harus ke pemakaman Min hwan, jika oppa mau pulang. pulanglah dulu"

"ayo ku antar"

"ani, gwaenchanha. aku sering berangkat sendiri. jadi jangan khawatir oppa"

"aku juga ingin pergi ke pemakaman adikku" singkat jonghun oppa dan menggandeng tanganku.

Hangatnya tangan ini, sama persis seperti hangatnya tanganmu Min hwan. kau tau aku sangat merindukan sosokmu. andai Jonghun oppa adalah Min hwan, Min hwan-ku.

Author pov
Jiyoung dan Jonghun sudah berada di pemakaman Min hwan. seperti biasa yang Jiyoung lakukan pada Min hwan, menaburkan bunga dan berdoa. Jonghun hanya dapat menatap Jiyoung sesekali menatap sebuah nama terukir dalam nisan itu.

Beberapa menit kemudian Jiyoung selesai berdoa dan mereka pun pergi.

Jonghun menghembuskan nafas berat setiap perjalanan pulang. membuat Jiyoung terusik dan penasaran.

"kenapa?"

"apanya, ji"

"ng..nada, fyuh~ mu"

Jonghun menunduk, memberi senyuman kecil yang tak dapat di lihat jelas Jiyoung dan kembali menatap ke depan.

"ada masalah oppa?" Jiyoung masih penasaran dengan Jonghun yang terdiam dan tak menjawab pertanyaan Jiyoung.

Jonghun berjalan lalu berhenti mendadak, membuat Jiyoung mengikuti gerakan Jonghun dan hampir menabraknya. Jonghun menatap Jiyoung lekat2, membuat perasaan Jiyoung terasa aneh.

"2 hari lagi, Ji"

Ucapan Jonghun benar2 membuat otak Jiyoung berputar2 tapi tetap tak mengerti apa maksud Jonghun.

"maksud oppa"

"lihat dengan jelas, Ji. kau masih belum tau juga aku siapa"

"apanya oppa? kau kakak Min hwan kan? ada apa sebenarnya?"

Dengan gerakan tiba2 Jonghun mendekap tubuh Jiyoung. mungkin baru pertama kali Jonghun mendekap Jiyoung dengan perilaku anehnya.

Jiyoung pov
Jonghun oppa mendekapku, tiba2 tapi perasaan hangat ini seakan terasa benar2 aneh.

'Kenapa seperti ini perasaanku?'

'dekapan ini'

Kenapa sama persis. dan kenapa aku tak bergerak mundur untuk menghindarinya.


'aku merindukan pelukan ini'

"Ji~" suara Jonghun oppa memelan, tidak bergetar tapi terasa tertekan

"Nae bogoshippo"

"Nae saranghae"

"aku tak ingin melepasmu, Ji"

"aku tak ingin pergi"

"aku tak ingin pergi untuk ke dua kalinya"

Kata2 Jonghun oppa benar2 aneh. aku terdiam dan mulai bergerak mundur, sudah memiliki beberapa kekuatan agar sedikit menghindar darinya.

Ku tatap matanya dingin, mengatupkan rapat2 bibirku. bertanya adalah hal sia2 yang aku lakukan, Jonghun oppa tak kan menjawab pertanyaanku.

Mataku masih menatapnya, menunggu kalimat apa lagi yang ia akan katakan. mata Jonghun oppa berair dan berkaca2, dia juga menatap mataku. seakan ingin mengatakan sesuatu. tapi dia mulai pergi meninggalkanku.

Author pov
Hari ini Jonghun tidak masuk kelas, beberapa anak beranggapan mungkin dia sakit atau ada kegiatan keluarga yang mendadak. tapi bagi Jiyoung tidak, hatinya tidak karuan. perasaanya bercampur aduk, setiap menit selalu menatap jam tangan putih di pergelangan tangannya.

TEEETTT- - TTTT ---- TTTT -----


Bel sekolah berbunyi jam pelajaran pun usai. Jiyoung lekas merapikan buku2 pelajarannya.

"Ji-ah.." sahut Joo memanggil Jiyoung tapi tidak di dengarkan Jiyoung

"Ji, Hey!" Joo memanggil Jiyoung lagi, sekarang tepat di hadapan meja Jiyoung.

Tatapan Jiyoung mengarah pada Joo, sikapnya tetap seperti dulu. DINGIN.

"aku pinjam bukumu"

"buku bhs.ingris mu" imbuh Joo

Jiyoung mengeluarkan buku catatannya, lalu dia keluar kelas sambil melempar buku tepat pada meja guru.
Dentuman pun terdengar jelas, lemparan Jiyoung sangat keras dan kasar.

"Tsk~ anak ini" umpat Joo ingin menghampiri Jiyoung tapi dengan segera di hadang Soo ra

"sudahlah"

"Cih~ aku fikir dia sudah berubah" keluh Joo menatap pintu kelas masih membayangkan sosok Jiyoung keluar dari sana

"mungkin ada masalah" Soo ra berkata pelan, agar dapat menenangkan hati Joo

"ada ataupun tidak, seharusnya dia tidak begitu" kalimat terakhir Joo terucap dan mengambil buku catatan milik Jiyoung.


Jiyoung pov
Jonghun oppa tidak menelponku, aku berjalan pelan. aku panik tapi tidak bisa berlari kesana kemari seperti orang panik pada umumnya. aku berjalan biasa, wajahku tak merautkan kepanikan, tapi mataku berkeliling mencari sosok Jonghun oppa.

Sudah setengah jam aku mencarinya, tapi nihil. di pemakaman Min hwan pun juga tidak ada. hingga ku putuskan untuk pulang.

Sesampai di rumah, eomma menyambutku dengan sebuah senyuman dan mengecup sekilas dahiku.

"di luar dingin, kenapa tidak pakai syal"

"aku lupa, aku mau ke atas eomma"

"ne, istirahatlah"

Akupun naik ke atas setelah eomma mengijinkanku. Ku rebahkan tubuhku tepat pada kasur merahku.

"fyuh~ " aku berhembus kecil sama seperti yang di lakukan Jonghun oppa. sebenarnya apa yang ia pikirkan.

Tok-
Tok-

Suara ketukan pintu terdengar pelan dan eomma masuk ke kamar membawa seiris roti panggang dan susu coklat.

"eomma tau kau tak mau makan siang. makanya eomma bawakan cemilan kesukaanmu" papar eomma

"siapa bilang aku tak mau makan siang?"

"ini kan kebiasaanmu sejak-" kalimat eomma berhenti, tapi aku dapat mengetahui akhir kalimat yang hilang.

Ku pandang roti panggang dan susu coklat sejenak, lalu memandang nampan.

"jadi kau mau makan siang" eomma berkata sambil merapikan celemek pink pudar yang memiliki renda di sisinya

"tidak!" singkatku membuat eomma mendesis dan keluar dari kamar. aku mengikik pelan dan singkat.

'dasar eomma'

Ponselku berbunyi, sebuah e-mail singkat menyuruhku datang ke taman cheonggyecheon. tentu Jonghun oppa yang mengirim e-mail padaku.

Aku segera berganti pakaian, memakan rotiku sambil berjalan menuju taman.

Author pov
Jonghun melihat sekelilingnya, sesekali menatap lama sebuah aliran air sungai di taman itu sambil menunggu Jiyoung.

"OPPA!!" teriak Jiyoung, tidak melambaikan tanganya tapi menghampirinya dengan berlari kecil.

"kenapa tidak masuk sekolah?" pertanyaan pertama yang terlontar pada mulut Jiyoung

Jonghun terdiam ekspresi wajahnya tidak banyak, dia sama persis seperti Jiyoung DINGIN seperti dulu.

"kau kenapa?" nada Jiyoung bergetar, tangannya berat mencoba memegang tangan Jonghun.

"masih ingat taman ini" ucap Jonghun

Jiyoung yang sedari tadi menatap Jonghun akhirnya pandangannya beralih pada taman cheonggyecheon. menatap orang berlalu lalang, menatap sungai tapi akhir pandangan Jiyoung hanya menatap Jonghun kembali.

"ada apa~" pelipis matanya menyipit dan mengkerut, air matanya mengumpul tepat di bola matanya.

"oppa" sekali lagi Jiyoung ingin mengetahui sebenarnya apa yang ada di pikiran Jonghun tapi dia tidak tau caranya untuk membuat Jonghun berkata.

Fyuh~
Nafas Jonghun berhembus lagi, kepulan asap dingin terlihat jelas di mata Jiyoung.

"kita pulang saja, sekarang mulai dingin" kata Jonghun mengalihkan pembicaraan.

"Aniyo! Katakan dulu ada apa?"

"aku hanya mengajakmu kesini"

"andwae, tidak mungkin kau mengajakku kesini hanya untuk melihat taman. pasti ada yang lain" jelas Jiyoung kali ini tangan Jiyoung menggenggam erat tangan Jonghun, kekuatanya terkumpul karena kecemasannya.

"Ji~"

"katakan dan jangan pergi, oppa"

Jonghun tersenyum, melepas satu tangan Jiyoung dan membelai lembut rambut Jiyoung.

"kau sudah bisa mencintai orang lain kan"

Jiyoung terdiam, lalu menggeleng cepat.

"ani" jawabannya terasa berat.

Jiyoung menundukkan kepalannya, matanya bergerak kekanan dan kekiri. memikirkan matang2 apa yang dikatakan Jonghun.

"wae?"

"apa masih ada Min hwan?"

Sangat lama membuat Jiyoung kembali menatap Jonghun. Jiyoung perlahan mundur beberapa langkah, menyeret kaki2nya menjauh dari hadapan Jonghun. wajahnya tetap tertunduk rambutnya tergerai menyisahkan sekilas pipi yang dapat di lihat Jonghun.

"jangan pergi. Ji" pergelangan tangan Jiyoung pun berhasil di gapai Jonghun dengan mudah.


Jiyoung pov
Saat tanganku terkunci rapat oleh Jonghun oppa aku benar2 tidak bisa lari. dia selalu mengeluarkan kalimat2 yang jawabannya saja aku tidak tau. aku masih terdiam, suaranya mendengung di telingaku masuk kedalam otakku berharap aku tau jawaban dan mengatakan padanya.


"Ji..apa kau tidak bisa mencintai orang lain"

terakhir kalimat ini membuatku dapat mengatakan beberapa perasaan yang aku tau.

"aku mencintaimu"

Jonghun oppa terdiam, matanya yang tadi menatapku tajam seakan mengendur dan berubah sayup. apa aku salah bicara? atau bukan ini yang ia harapkan?

"kau yakin"

"aaku..tidak tau, hanya satu yang aku tau. aku tak ingin kehilanganmu oppa" kali ini air mataku berhasil keluar dan menetes, Jonghun oppa hanya tersenyum dan menghapus air mataku.

"wae..? apa jawabanmu"

Jonghun oppa memelukku erat, aku menunggu jawaban yang ia katakan tapi Nihil. dia tidak berkata apa2 setelah aku mengatakan isi hatiku.

***

Kami berjalan berdua setelah kejadian semalam. lebih tepatnya kami berangkat sekolah bersama2.

"terlalu pagi ya?" tanya Jonghun oppa, mungkin mengawali pembicaraan agar tidak kikuk.

Aku hanya mengangguk ringan dan menatap jalanan sepi di pagi hari.

"kau kedinginan?"

Aku menggeleng menutupi betapa kedinginannya aku, di musim dingin ini aku masih terbiasa lupa membawa syalku.

"aish..geotjimariya. kalau kedinginan bilang saja" Jonghun oppa menggerutu sampai memasangkan syal di leherku, dan kembali berjalan.

"masih teringat masalah kemarin?"

"TIDAK!" dengan secepat kilat juga Jonghun oppa mengikik, senyumnya benar2 membuatku semakin membeku.

"kau ini. kenapa cepat merespon"

"ih~ siapa?!"

"apa yang kau suka dariku?"

"percuma jika aku menjawab. kau pun tak menjawab pertanyaanku

"katakan saja, akan ku jawab"

"entahlah, tapi yang aku tau. jika bersamamu aku seakan bersama Min hwan. ini karena kau kakak dari Min hwanku atau apa.. aku bahagia. perilaku kalian sama, membuatku seakan aku tak kehilangan Min hwan" dengan jelas kukatakan semua perasaanku terhadap Jonghun oppa, hingga ku sadari Jonghun oppa berada di belakangku beberapa jengkal.

Dia berdiam diri saat aku menengoknya.

"mwoyo, oppa?"

Dia mengatakan sesuatu. nadanya terlalu pelan, hingga tak dapat ku dengar dengan jelas. tapi yang ku tau matanya berkaca2 sambil menghampiriku.

Author pov
"sampai kapan kau tak merelakan Min hwan pergi dari sisimu" kata Jonghun menghampiri Jiyoung

"dia tidak pernah pergi. dia tidak akan pernah pergi. kenapa tiba2 tanya itu" tanya Jiyoung dengan nada marah

"Ji, kau tau betapa sakitnya Min hwan jika melihatmu seperti ini"

"tsk~ sok tau. siapa kau, kau hanya kakak Min hwan. kau tidak tau perasaanku" senyum Jiyoung terpampang meremehkan kata2 Jonghun

Jonghun menatap Jiyoung dan mengatakan dia adalah Min hwan. dengan sekejap Jiyoung tertawa terbahak2, tapi tawanya tak begitu lama. Jiyoung menatap mata Jonghun, seakan benar2 menatap mata Min hwan. bulir matanya keluar, bibirnya bergetar, alis matanya mengerut. Jiyoung takut jika Jonghun benar2 Min hwan, Jiyoung benar2 takut jika selama ini Min hwan tak tenang karena dia.

"kkau..si..iapa oppa" suara Jiyoung terputus2

"aku Min hwan. Min hwanmu" nadanya ringan tapi memberi kesan kesedihan dari mimik wajah wajah Jonghun

Jiyoungpun memeluk Jonghun rapat2, sangat rapat. tangisannya menjadi2, pikirannya kalut untuk memikirkan kenapa Min hwan di hadapannya selama ini? kenapa Min hwan berada di dalam raga orang lain?
Hanya menangis, semua pertanyaan ingin ia ajukan. tapi hanya sengguk2 yang mewakili suaranya.

"Ji..relakan aku. aku benar2 kesakitan dan tidak bisa pergi jika kau tak bisa melepasku"

"dasar..hiks..babo...min hwan...bagaimana aku bisa melepasmu..hiks"

"boo, belajarlah mencintai orang lain. buka hatimu untuk orang lain. jalanmu masih panjang, aku berjanji boo. janji akan menemuimu jika sudah waktunya" paparan Min hwan membuat Jiyoung semakin mempererat pelukannya.

Mereka terdiam sangat lama, dan Min hwan memulai menjelaskan sesuatu.

"waktuku sudah habis. menemanimu untuk yang terakhir kalinya sudah habis"

"maaf sudah membohongimu sejak awal. aku hanya ingin membuat hatimu tidak terkunci selamanya"

"kau tau boo, dia sang pemilik raga ini mengijinkanku untuk menyelesaikan tugasku"

"Min hwan,biasakah kau diam" sentakan di iringi tangisan terdengar di telinga Min hwan

"boo, aku pergi" terakhir kalimat Min hwan membuat Jiyoung menangisi tubuh Jonghun tergeletak di taman, tak sadarkan diri.

***
3 bulan kemudian...


-Hospital Seoul International-

Tok
Tok

Seorang yeoja mengetuk pintu kamar pasien yang terbangun dari koma selama 3 bulan lamanya.

"annyeong" sapa yeoja dengan senyumnya menatap seorang pasien

"kau siapa?" tanya sang pasien saat yeoja ini sudah berada jauh dari pasien,

Suster yang sama2 berada di ruangan menjelaskan bahwa, yeoja inilah yang menyelamatkan hidupnya.

"gomawo" singkat sang pasien

"chunmaneo, Jonghun oppa"

"dari mana kau tau namaku?"

"seseorang yang sangat penting mengenalkan aku padamu"

"benarkah? siapa dia? apa aku kenal? kau siapa?" beberapa pertanyaan di lontarkan sang pasien, membuat sang yeoja tersenyum simpul

"dia Choi Min Hwan, dan aku adalah Choi Jiyoung Anh"

"lalu dirimu apa hubungannya denganku"

"aku tunanganmu"

-THE END-

habis...kelarlah sudah ini epep. "JEONGMAL MIANHAE, Jika tidak memuaskan" tapi inilah akhir ceritanya.

Semoga Min hwan di terima di sisi TUHAN YME *Di hajar prims*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secret Contact behind every body|Season-2|YAOI|NC-17|ChoKi ChoKi - MIANHAE|Prolog

Telling You The Truth

Wedding Dress Part.8