“We'r human monster” that all people calling us (Ending Story)


"kawanan! KAU GILA" bentak Doojoon menatapku



"apa yang harus kita lakukan sekarang. mobil tidak berjalan dengan lancar" wajah Junhyung terlihat sangat gugup



"aku mau pergi, aku tidak ingin mati sia-sia disini"



Hyunseung membawa beberapa benda-benda yang bisa untuk menjaga dirinya. Salah satunya dia memegang besi panjang dan keluar tanpa aba-aba.



BRAG . . . BRAG . . . BRAG . . . . .



Suara ini terdengar lagi dari atap mobil kami. Saya benar-benar ketakutan, Hyunseung turun tanpa menutup pintu mobil. Bisa saja Mahluk itu datang dengan mudah menerkam saya,



"mana mahluknya?" Junhyung bertanya pada Hyunseung yang sudah berada di luar mobil.



"dia tidak ada" tubuh Hyunseung bergetar hebat saat berdiri melihat atap mobil



"APA!?" Junhyung bertanya, sesaat kemudian turun dari tempat kemudi.



Mata mereka mencari mahluk yang membuat kami hampir mati konyol di sini.



"mana mungkin tidak ada?" gumam Hyunseung masih tidak percaya.



Matanya bergerak ke kanan, kiri, atas dan bawah. Tubuh Hyunseung berputar-putar mencari mahluk tadi. Sedangkan Junhyung sibuk membenarkan mesin mobil.



Kemudian Doojoon turun pergi ke bagasi mobil untuk mengambil beberapa benda untuk menjaga diri.



Suara mulai hening, saya hanya dapat mendengar gerakan gugup dan was-was teman-teman saya. Kami benar-benar ketakutan.

Saya menatap jalanan hutan yang gelap, detak jantung saya memburu saat memikirkan mahluk itu pergi untuk membawa kawanannya kembali.



Saya pun turun dari mobil, mengajak Hyunseung dan lainnya pergi meninggalkan mobil.



"kita pergi dari sini, kita masuk hutan"



"TIDAK. Disana mereka akan lebih mudah memangsa kita, Kin" ucap Hyunseung menempis tanganku dari pergelangan tangannya



"Aku akan memperbaiki ini, kita akan pulang sebentar lagi" papar Junhyung



"Bagaimana jika mereka datang kalau kita masih disini"



"Kau tidak lihat mahluk itu tidak ada saat aku keluar dari mobil"



"Dia memanggil kawanannya untuk kemari, jika terjadi kita bisa mati cepat disini"



Teman-teman saya terdiam, berfikir satu sama lain. Hingga Doojoon mulai membuka mulut.



"kita pergi dari sini"



"masuk hutan!!?" seru Hyunseung



"iya, paling tidak kita menghindar dari kematian yang singkat"



"AKU TIDAK MAU, AKU TETAP DISINI. Mobil ini baik, hanya butuh pembetulan beberapa menit dan kita pergi" Junhyung tetap bersikeras untuk tidak meninggalkan mobil



Tiba-tiba suara ranting putus terdengar di telinga saya seperti ada yang menginjak ranting yang letaknya berada di bawah, jaraknya agak jauh.



Telinga saya memang lebih peka dari mereka semua. Sehingga saya yang pertama kali mengetahui sesuatu akan menghampiri kami.



"kita harus pergi, dia datang"



Ke enam mata menatap saya dan mulai memasang telinga mereka baik-baik. Suara lagi terdengar, kini suara burung terbang ke langit malam. Ini terlihat jelas jika sesuatu benar-benar menghampiri kami.



"ayo pergi Jun" ucap Doojoon memaksa Junhyung pergi memasuki hutan. Begitu juga Hyunseung yang mulai menggandeng tangan saya.



Kami berlari sekencang-kencangnya. Beberapa ranting tajam menggores tubuh kami, saya terjatuh dan bangkit lagi. Begitu banyak rasa nyeri di sekujur tubuh saya. Karena memang saya hanya memakai hot pants dan t-shirt.



Sepanjang perlarian kami tidak ada seseorang yang mengejar kami dengan ganas. Kami seakan berlari sendiri tanpa sebab jika ada orang yang menonton kami. Doojoon paling pertama berhenti, nafasnya tersengal-sengal sembari mengawasi belakang.



"mana mereka?" tanya Doojoon pada kami bertiga yang jelas-jelas kami juga butuh jawaban



"mereka pergi?" imbuh Junhyung



"mana mungkin semudah itu" timpal Hyunseung menatapku



"luka goresmu cukup banyak kin, kau tak apa?" pertanyaan Hyunseung membuat Junhyung dan Doojoon menatapku



"tidak apa, ini tidak lebih parah jika mereka berhasil menangkap-ku" Hyunseung mengangguk



Suara kembali terdengar sunyi, bulan yang tertutupi kabut malam begitu juga hutan ini membuat kami tidak bisa melihat dengan jelas.



"aku benar-benar tidak bisa melihat kalian. Kalian di mana?"



"aku di sini" jawab Junhyung



Kabut semakin tebal, angin dingin berhembus dari arah berlawanan. Kami terjebak di kabut malam pegunungan. Saya tidak dapat melihat posisi teman-teman saya. Saya panik begitu juga mereka.



Hingga seseorang menarik tangan saya dengan paksa. Hanya sebuah sosok tinggi besar menarik saya, yang saya tahu di antara ke tiga teman saya yang bersosok tinggi besar hanya Doojoon. Saya hanya melihat punggung belakangnya.



"Doojoon?!" saya bertanya sambil berseru.



Dia tidak berpaling tapi berhenti. Mulai dari situ tangan saya merasakan keanehan. Merasakan sebuah lendiran, ada yang bergeliat kecil di punggung tangan saya. Saat saya dapat melihat dengan jelas apa yang berjalan di telapak tangan saya, rupanya itu belatung.



Kepala saya langsung menengadah menatap wajah orang itu.

Matanya merah, lendiran putih bening terlihat jelas di seluruh wajahnya yang tidak rata. Kulit wajahnya ada yang mengelupas, beberapa hewan kecil menjijikan juga menempati permukaan kulit wajahnya. Rahangnya hampir lepas, bergelantung membuat giginya dapat terlihat jelas tanpa mengangga. lidahnya hanya setengah. Mahluk ini benar-benar tidak normal.



Kaki saya bergemetar hebat. Mulut saya tidak dapat berteriak keras. Mahluk itu mulai berteriak,



AaaAagGhhrrrrrrrrr.......



Rahangnya bergelayut lebih cepat, beberapa lendiran yang bercampur darah mengenai wajah dan pakaian saya.



'menjijikan''



Saya pun memutar arah dan hampir melarikan diri, tapi sayang Monster ini menancapkan benda tajam tepat di betis saya



Crassh...



Tidak menancap tepat pada tulang tapi tepat membuat saya terjatuh dan tidak bisa berlari.



Benda itu tajam, tusukannya berhasil menembus tanah. Sehingga satu kaki saya juga mengikuti arah.



AAAAAAAA......



Teriakan saya menggema di malam ini. Rasa sakit semakin terasa saat mahluk itu menarik keras benda tajam miliknya, darah ikut mengalir deras. Kulit dalam saya ikut bermunculan keluar, tak beda dengan Monster ini. Saya menangis, sakit ini tidak tertahan lagi. Mahluk itu masih sibuk menjilat dan sesekali memakan sisa daging kulit saya yang menempel pada tombak miliknya.



Pandangan saya berkunang-kunang.



'kematian saya adalah seperti ini'



Gumam saya, saat saya mengetahui saya akan jatuh pingsan dalam keadaan tak layak.



Tapi ternyata tidak. Kematian saya tidak seperti ini, Tuhan masih memberi kesempatan saya untuk menikmati siksaan lebih dalam.



Saya sadar dari pingsan saya. Mata saya berkeliling sayu, mengedarkan pandangan di setiap sudut ruangan.



Ya, ini ruangan. Saya berada di sebuah gubuk. Tidak banyak cahaya, hanya pantulan sinar bulan adalah cahaya satu-satunya. Jika seperti ini maka saya sudah berada di puncak gunung.



Sudah berapa lama saya pingsan? Ini pikir saya.



Tiba-tiba Monster itu masuk, jalannya menyeret. Sosoknya terlihat di pintu masuk, melihat tangannya melebihi sempurna. Telapak tangannya panjang lebih panjang dari lengan tangannya, itu di buat untuk menyangga tubuhnya dalam berjalan menyeret. Kakinya sempurna tidak ada cacat, tapi sangat lemas. Ini seperti dia terlihat tidak memiliki tulang kaki.



Dia melihatku, tatapannya sangat tajam. Hingga tak lama kawanan yang lainnya pun datang. Mereka benar-benar mengerikan, salah satu dari mereka mendekati saya, cara berjalannya tidak senormal manusia. Baunya sangat menyengat. Bangkai daging tercium di hidung saya, ini sangat terasa hingga membuat saya tersedak beberapa kali.



Melihat respon saya, mahluk itu menggeram. Rahangnya yang penuh darah mengayun ke belakang dan ke depan. Rongga tenggorokannya pun terlihat jelas dengan daging merah kulit dalamnya. Wajahnya sangat dekat, kurang beberapa senti rahangnya akan menyentuh wajahku.



Badanku bergetar, dia seakan ingin menyentuhku. Tapi tidak, dia hanya berhembus kasar.. Nafasnya sangat panas, matanya sempat menatapku.



Mata bulat yang hampir keluar dan terlihat jelas otot-ototnya, melirik ke kanan dan ke kiri seakan tidak bisa diam. Tapi tetap terlihat dia hanya memandangku.



Salah satu temannya memekik, suaranya terdengar parau. Dia mendekati temannya dan mulai bertukar pandang. Saya benar-benar tidak tau apa yang mereka bicarakan.



Hingga beberapa saat mereka membuka kain kumuh tepat di depanku tapi agak jauh. Betapa terkejutnya aku melihat Hyunseung sedang terikat di sebuah tiang yang tak sadarkan diri.



"Hyunseung !!!" teriak ku



Tapi tak ada respon darinya.



Salah satu mahluk itu membuka kain kumuh lagi di sebelah Hyunseung. "Junhyung!!!" teriakku lagi, suara ku mulai serak karena sudah berulang-ulang saya memanggil mereka tetap tidak ada respon.



Tapi apa yang di lakukan mahluk-mahluk ini pada teman-teman saya.



Mereka meraung, Hyunseung pun terbangun dari pingsannya. Wajahnya terlihat ketakutan, dia menjerit hingga membangunkan Junhyung juga.

Saya rasa teriakan Hyunseung membuat para mahluk ini terganggu. Hingga mereka mulai menusuk perut Hyunseung dengan ranting yang agak tebal tanpa aba-aba.



Crashhhh......



Suara ini membuat telinga saya geli dan membuat bulu kudu saya berdiri. Darah bercucuran kemana-mana, tusukannya terlihat sangat dalam. Tatapan nanar Hyunseung terlihat jelas, dia mengernyit kesakitan. Bulir air matanya menetes deras. Dia juga terbatuk nafasnya tersengal-sengal. Yang dapat saya lakukan hanya berteriak histeris, menangisi Hyunseung.



"stt... Jangan berteriak Kin" ucap Junhyung berbisik di samping Hyunseung.



Mahluk itu menatapku. Mencoba memberi tahu dari tatapan mata jika mereka tidak menyukai kebisingan orang lain.



Salah satu dari mereka mendekatiku, satu tangannya memegang rahang ku. Sedangkan tangan yang satunya sudah di lumuri lendir dari rahangnya yang tercampur darah sedang mengoleskan di bibir ku. Bau ini tidak tertahan, sangat busuk. Melebihi busuk bau bangkai apapun.



Hingga beberapa saat aku menyadari bahwa mulut ku tidak dapat di buka lagi, tidak dapat melontarkan kalimat atau kata lagi. Lendir nya bagai lem, sangat lengket.



Mahluk seperti mereka tidak pernah aku temui. Siapa mereka hingga menusuk sahabatku Hyunseung dan juga diriku secara kejam seperti itu.



###



"Kinae-a" bisikan suara ini terdengar dari sudut pintu gubuk milik mahluk-mahluk itu.



Bukannya Kinae yang terbangun tetapi Junhyung. Betapa terkejutnya dia melihat sosok Doojoon sedang mengintip dan mengawasi keadaan di dalam gubuk.



"Doojoon!!!" Junhyung berteriak tapi mendapat peringatan kecil dari Doojoon agar tidak membuat kebisingan.



"apa kau baik-baik saja" Doojoon berbisik pada Junhyung



Junhyung hanya mengangguk dan bersuara bisu jika dia ingin di lepaskan dari akar-akar yang menjerat pergelangan tangan dan kakinya.



Doojoon datang secara mengendap-endap, berhati-hati tidak membuat suara bising. Membuka pengikat Junhyung, dan Junhyung membuka pengikat Hyunseung.



Doojoon menghampiri dan menepuk pipi Kinae secara berirama, hingga Kinae tersadar dan mulai menangis mencoba menjerit menampakkan bahwa dia sangat ketakutan.



"Kinae kau tak apa?"



"kau baik-baik saja?"



"jawab aku?"



Begitu banyak lontaran kalimat yang terucap Doojoon tapi sebuah kalimat singkat pun tak terjawab di mulut Kinae.



"ada apa dengannya?" Doojoon mencoba bertanya pada Junhyung



Junhyung pun mengatakan apa yang terjadi pada Kinae. Sorotan mata simpati tersirat di mimik wajah Doojoon. Hingga mendekap Kinae erat,



"sudah kita akan pulang"



"ini akan berakhir" bisik Doojoon untuk memenangkan Kinae.



###



Kami pun pergi dari gubuk di saat mahluk-mahluk itu sedang berburu.



Langkah lari saya terhenti. Saat terperosok ke dalam lubang yang tidak dangkal.



Pencahayaan sangat sedikit, remang-remang. Saya mencoba berteriak tapi tidak bisa. Hyunseung, Junhyung dan Doojoon tidak menyadari jika saya sedang terperangkap disini.



Tangan saya mulai mencari alat bantu yang dapat membuat saya naik ke atas lagi. Meraba dan merasakan sesuatu yang sangat lembek, berada di telapak tanganku yang benar-benar membuat saya sukses untuk mengernyit jijik. Sedikit cahaya bulan menyinari tempat saya terjebak. Mata saya terbelalak sangat terkejut tubuh saya bergetar hebat, saya melihat mayat-mayat manusia yang sudah membusuk di sini. Sangat hancur tapi masih belum bersisa tulang-tulang. Beberapa terlihat seperti mayat yang baru beberapa minggu di sini.



###



Hyunseung menyadari jika Kinae tidak mengikuti mereka selama beberapa menit saat mereka sibuk melarikan diri dan secepatnya pergi dari hutan terkutuk ini.



"Kinae? Mana dia?"



Mata Doojoon dan Junhyung berkeliling mengitari hutan. Tapi sosok Kinae benar-benar tidak terlihat.



Hingga Junhyung memutuskan untuk kembali mencari Kinae, sedangkan Junhyung menyuruh Doojoon dan Hyunseung menunggu di mobil.



###



Satu tangan sedang memegang rahang miliknya dan yang satunya memegang ranting runcing. Menggoreskan tepat di garis bibir. Sangat pelan tapi dalam, hingga menimbulkan darah kental merah keluar dari bibirnya bertubi-tubi. datang di setiap goresan.



Aaagghhh.......



Sebuah jeritan terdengar keras di sekelilingnya, dia berhasil merobek mulutnya. Dapat mengeluarkan suara, walau sangat pedih saat melakukannya. Membuat monster-monster itu kembali ke gubuk mereka dengan tergesa-gesa karena sebuah teriakan.



###



"Kinae!!" teriak Junhyung berulang kali, matanya mengawasi setiap sudut hutan yang menangkap suara Kinae.



"Junhyung-a" suara serak Kinae terdengar tak jauh dari tempatnya.



Mata Junhyung masih mengedarkan pandangan, masih mencari asal suara.



Hingga tak sengaja dia ikut terperosok ke dalam lubang yang juga membuat Kinae terjebak.



"Junhyung" Kinae menghampiri Junhyung dengan terpincang-pincang saat terjatuh.



"kau tidak apa-apa"



"aku takut"



Junhyung mulai menyadari jika di sekelilingnya adalah tempat pembuangan mayat atau bisa di bilang jika ini gudang makanan mereka. Junhyung menyuruh Kinae agar naik di pundaknya.



Dengan sakit yang harus Kinae tahan pada kakinya yang luka dia berusaha naik. Tak beberapa lama ia sampai di atas, kini Kinae memberikan tangannya untuk menarik Junhyung ke atas.



Suara raungan terdengar jelas, letaknya tak jauh dari tempat mereka. Keadaan membuat mereka terjepit dalam situasi ini. Hingga Junhyung melepaskan genggaman tangan Kinae.



"Junhyung kenapa?"



"pergi"



"kenapa? Ayo kita pergi sama-sama"



"aku akan memancing mereka, menyibukkan mereka. Dan kesempatan mu untuk pergi sekarang"



"TIDAK!" bantahan keras di lontarkan Kinae. Air matanya tak kunjung berhenti. Dia benar-benar tak ingin meninggalkan sahabatnya menjadi mangsa para mahluk-mahluk itu secara sia-sia. Kinae mencoba meyakinkan Junhyung agar ikut pergi bersamanya, memberi celah harapan untuk lepas dari mereka.



Tapi semua nihil Junhyung masih lebih membutuhkan Kinae selamat di banding dirinya sendiri.



###



Seorang gadis berlari terpincang-pincang, darah yang berasal dari kakinya kini menjadi petunjuk monster itu untuk lebih mudah mengetahui kemana dia berada.



Sebuah harapan yang dia pun tidak yakin akan selamat.



###



Gertakan gigi terdengar dan sangat bising di telinga Doojoon.



"hentikan suara itu seung"



Hyunseung terdiam tapi tetap menggertakan giginya



"AKU BILANG HENTIKAN !!!"



"Fuck!" kata Hyunseung terlihat gusar



"kau fikir aku tidak ketakutan hah! Sampai kapan kita menunggu Junhyung" imbuh Hyunseung



"Junhyung pasti selamat dengan Kinae. Tunggu sebentar lagi"



"sebentar lagi kita akan mati sia-sia disini jika masih mengharapkan mereka kembali"



Doojoon masih melihat arah hutan, tak peduli apa yang Hyunseung katakan. Mereka berdua menunggu Junhyung di dalam mobil.



Hyunseung mulai menyalakan mobil, karena hilang kesabaran.



"apa yang kau lakukan" sebuah tatapan tajam mengarah pada Hyunseung



"Fuck! Kita pergi tanpa mereka"



Sebuah hantaman keras melayang pada pipi Hyunseung



Buagggggg.......



"Damn! Kau gila! Junhyung sudah menyelamatkan nyawa mu. Sekarang kau mau pergi begitu saja"



"aku hanya tak ingin mati konyol disini"



"kau fikir aku mau!"



###





Braggg...gggg



Bragg..ggg..g



Bragg..gg...gg



Sebuah ketukan cendela terdengar keras. Membuat ke dua laki-laki itu terperonjak kaget saat beradu mulut.



"buka... Buka..." Kinae berteriak serak berkali-kali

Hingga Hyunseung membuka pintu dan Kinae masuk.



"Mana Junhyung?"



Tatapan sendu dan perwakilan air mata sudah membuat Doojoon dan Hyunseung mengetahui apa yang terjadi pada Junhyung



"maafkan aku" ucap Kinae



BRRRAAAGGGGGHHH .........



Belum sempat mereka menyalakan mesin mobil hantaman keras melayang tepat di atap mobil lagi. Sebuah hantaman lagi sedang merusak kap mobil belakang.



Doojoon bertukar posisi dengan Hyunseung dan mulai menyalakan mesin



###



Tatapan mereka sangat tajam, lendir-lendir mereka melekat pada kaca jendela mobil. Satu dari mereka menatapku, memegang rahangnya lalu menariknya sangat keras dan terlepas. Wajahnya kini menjadi 3 kali lipat lebih mengerikan dari yang sebelumnya. Saya benar-benar ingin memuntahkan isi perut saya sekarang.



Mereka berteriak parau. Salah satu mahluk itu berhasil memecahkan jendela belakang mobil dan berhasil menyeret Hyunseung keluar.

Teriakan Hyunseung membuat saya tersadar untuk cepat-cepat menolongnya.



Tangan saya sudah menggenggam erat kedua kakinya. Menahan agar Hyunseung tetap berada di mobil. Tapi mereka tak kehilangan akal untuk membuat saya melepaskan Hyunseung dengan terpaksa. Mereka menusuk tenggorokan Hyunseung bertubi-tubi. Darah merah keluar berhamburan mengenai tubuh mereka. Mata Hyunseung terbelalak



"egh ... egh ..." kata yang seharusnya mengatakan tolong menjadi sebuah kata yang tidak jelas.



Tak hanya itu. Mereka memelintir kepala Hyunseung secara berlawanan dan terlepas dari tubuhnya. Kepala Hyunseung menggelinding, urat-urat kepala dan tulang tenggorokan masih tersisa di kepalanya yang terlepas dari tubuh Hyunseung.



Mereka melihat saya. Salah satu dari mereka seakan tersenyum dan mengatakan,



'proses kematian ini masih ringan, dan kau akan mendapat giliran setelah ini'



Jantung saya tak henti-hentinya berdegup hebat. Bagaimana saya bisa melihat secara langsung kematian seperti ini di depan mata kepala saya sendiri.



Mereka menarik tubuh Hyunseung memasuki hutan. Mereka pergi, dan saya tau mereka akan kembali setelah menaruh Hyunseung di tempat saya terjerumus tadi.



###



Kinae masih dalam posisi membelakangi Doojoon. Menatap jendela yang pecah akibat ulah mahluk-mahluk itu. Matanya kosong, hanya sebuah memori kematian yang tragis Hyunseung kini terputar di kepala Kinae. Doojoon memegang pundak Kinae.



"seharusnya aku lebih cepat menolong Hyunseung"



"sudah sudah, kita pergi dari sini. Tenang kin"



"BAGAIMANA AKU BISA TENANG JIKA AKU MELIHAT KEDUA SAHABATKU MENINGGAL KARENA MAHLUK SIALAN SEPERTI MEREKA"



"apa yang mereka mau? Siapa mereka? Kenapa ada mahluk seperti MEREKA?"



Kini Kinae membenamkan kepalanya pada dada bidang Doojoon, mencari sebuah ketenangan yang hampir seharian tidak ia temukan.



###



Brrmmm....



Brrrmm......



Mobil menyala, tapi dalam hitungan menit para mahluk bangsat itu kembali datang menuju mobil kami. Mencari mangsa lagi. Mereka menggoyang-goyangkan mobil kami agar mesin mobil di bawah kami rusak.



Mereka seakan memiliki akal seperti manusia. Mereka seakan tau bagaimana cara kerja mobil ini akan rusak atau berjalan. Hingga mereka meraung bersahutan. Dan menuju kanan mobil. Mendorong mobil untuk menghantam pada pohon jati di samping kami. Mereka sangat kuat untuk berempat.



"apa yang mereka lakukan Doojoon?"



"SHIT!!!"



"apa?"



"kau lihat pohon jati itu. Mereka akan menghantam mobil pada pohon itu agar tidak berfungsi lagi"



"lalu apa yang harus kita lakukan"



Doojoon mencoba berfikir dan mulai mengatakan sesuatu yang benar-benar gila.



"aku akan keluar"



"untuk apa?"



Tatapan Doojoon semakin tajam. Matanya menandakan sebuah keyakinan jika saya bisa keluar dari kematian ini.



"lalu nyalakan mesin saat aku keluar. Dan pergi"



"kau--"



"salah satu harus menjadi alat pancing mereka. Jika hanya ada kita berdua maka itu harus aku"



"Doojoon jangan lakukan itu. Masih ada cara untuk keluar dari sini bersama"



"tapi tidak untuk keadaan seperti ini, lakukan saja"



"Junhyung dan Hyunseung sudah pergi dan kau ..."



Doojoon mengambil posisi keluar saat mahluk-mahluk itu sibuk mendorong mobil kami.



Tatapan terakhir teman-teman saya tidak pernah saya lupakan.



Hingga Doojoon keluar dan berteriak keras agar mahluk-mahluk itu memfokuskan diri mereka pada Doojoon. Usaha Doojoon tidak sia-sia, monster itu mengejar Doojoon. Dan ini kesempatan terakhir kali untuk keluar dari hutan ini.



###



Junhyung side



Sebuah batu besar menimpa tubuh seorang manusia.



Crekkk~



Suara tulang remuk secara bersamaan. Darah mengaliri tubuh mayat lainnya. Satu mahluk datang melihat mayat manusia sudah benar-benar tidak berdaya.

Lidah menjulur milik manusia kini menjadi incaran mahluk ini untuk menjadikan sebuah makanan ringannya. Tak segan-segan lidah menjulur itu di tarik paksa hingga menimbulkan suara terputusnya lidah dengan mulut manusia itu.



Ctak-



Monster itu menatap lidah segar itu dan memakannya.



###



Doojoon side



Pernakah berfikir jika seorang hero selalu selamat jika menolong seseorang yang ia kasihi. Kali ini keberuntungan tidak berpihak pada Doojoon. Seorang manusia yang memilih jalan hidupnya dengan sebuah kematian yang mengenaskan.



Teriakan panjang seorang manusia membuat burung-burung yang bertengger di pohon-pohon tinggi kini pergi berhamburan.

Sebuah batang pohon runcing menancap tepat di punggung belakangnya. Monster-monster itu mengelilingi korban yang sudah putus asa. Satu monster membawa sebuah ranting panjang menghampiri Doojoon dan menancapkan pada mulutnya yang menggangga. tohokkan kecil mengakhiri nafas terakhirnya. Satu monster lagi masih belum puas melihat manusia yang sudah tidak bernyawa mati seperti itu. Dia mendorong tubuh Doojoon lebih masuk ke dalam hingga tubuh Doojoon bergetar karena mahluk itu.



[The End]



Saya menceritakan kejadian yang sebenarnya. Sahabat-sahabat saya pergi dengan kematian seperti itu membuat saya benar-benar merasa bersalah seumur hidup.



Kejadian ini saya ceritakan pada pihak berwajib. Mereka hanya mengatakan ini hanya sebuah bualan anak mahasiswa agar menarik perhatian publik.



Selama 60 hari saya di rehabilitasi, mereka menganggap saya mengalami gangguan kejiwaan. Hingga seseorang datang kepada saya. Dan juga mengalami hal yang sama.



Beberapa pertanyaan saya ajukan pada laki-laki setengah baya tentang kenapa tidak mengatakan pada pihak berwajib. Dia hanya menjawab,



"mengatakan hal jujur ini mudah, untuk mempercayainya akan mendapat keraguan yang sangat banyak. Saya sangat ketakutan jika saya mengungkapkan hal yang sebenarnya"



###



Masa rehabilitasi saya belum selesai. Tapi mereka menemukan bukti mayat ke tiga teman saya dan mayat yang lain berada di gunung cheododang. Dan melepaskan saya karena mereka tidak memiliki bukti kuat.



Saya hanya menjadi seorang saksi yang tersangkanya pun masih belum di temukan.



"Where are they ... "

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secret Contact behind every body|Season-2|YAOI|NC-17|ChoKi ChoKi - MIANHAE|Prolog

Telling You The Truth

Wedding Dress Part.8