FF Zero Double Three Zero

Author: Orange-motion Title: Zero Double Three Zero Lenght: Oneshoot Genre: Tragic story, Romantic Starring: - Kiseop Lee - Song Nari - U-KISS *** Kiseop POV Sejenak menikmati silir angin dingin menghempas pelan menyisir rambutku. Aku duduk di tembok balkon apartemen. Ku tatap mendung langit yang mendukung suasana hatiku saat ini. Tangaku bergerak menyusuri saku merogoh sesuatu yang ku harapkan adalah sebuah benda. Sebuah benda yang dapat mengingatkanku atau dapat mengenangnya. Senyumku tak kunjung terpasang walaupun sekilas wajahnya masih terselip di setiap awan mendung. Menyembunyikan sosoknya yang ingin ku jumpai lagi. *** Flashback Hahahaha..... Tawanya tergelak memecahkan hening ruang makan. "Wae? Apa yang lucu?" "Hahaha... Memberi cereal Dongho-ah dengan makanan anjing bagaimana bisa aku menahan tawa, oppa hahahaha" "Apa kau fikir dia sama dengan anjingmu hahaha" Nari tetap tertawa, membuatku tersenyum menatap ekspresinya. "Sudah, jangan banyak tertawa. Kau bisa kram" "Hahahahaha" "Nari-ah, dengarkan aku. Ish, jika Eli-ah bangun aku tak segan-segan menghukum-mu" "hahahahaha" tawanya terus saja menggema, air matanya yang keluar pun dapat ku lihat. "Nari-ah!" Chu~ Mata Nari terbelalak, pipinya pun memerah saat bibirku mendarat sekilas. "Oppa.." "Sudah diam kan" "Ya, oppa kenapa menciumku tiba-tiba. Aish..kau ini tak sopan" Nari memukulku bertubi-tubi. Dan sekarang dia salah tingkah membuatku tertawa melihatnya. "Hahaha.... Kau mengatakan tak sopan huh. Bagaimana dengan-mu sendiri, tertawa seperti itu di rumah orang apa sopan" "Hyak, kau ini" Sebuah pout yang dapat Nari tunjuk-kan. Membuat ke dua tanganku bergerak meletuskan gembung pipinya. "Seopie hyeong" Suara Eli keluar dari kamarnya. Aku hanya menengoknya mengikuti arah langkah kakinya yang menghampiriku. "Hmm~" "Sedang apa?" "Nae. Hah, hanya duduk. Kau sudah bangun" "Hoam~ ne, Soohyun hyeong menelpon ku. Katanya dia ingin di belikan beberapa peralatan mandi" "Soohyun hyeong bukankah dengan Aj-ah" "Aku tau. Makanya dia menyuruhku denganmu" "Ah, ani. Ajak Kevin-ah saja, atau Hoon-ah" Nari menatapku, entah apa yang ia fikirkan. Tapi dia menatapku seakan menyuruhku pergi. "Ya, hyeong Hoon-ah sedang keluar. Aku sedang ada masalah dengan Kevin-ah, mana mungkin mengajaknya" "Ish.. Dongho" timpal-ku. "Dia sekolah" Aku kalah telak. Dan menyudahi perdebatan dengan Eli. Menyuruhnya untuk mandi dan berganti pakaian. Tiba-tiba Eli berputar dan menatapku sebelum pergi ke kamar mandi. "Hyeong." "Hmm," "Tadi kau~" "Mwoyo?" "E, ani. Lupakan" "Dasar" Aku berhembus jengkel saat Nari lebih menyuruhku menemani Eli di banding berdua dengannya. Sedangkan Nari tersenyum melihat wajah suram ku. "Kenapa menyuruhku pergi. Kau tak suka jika aku bersamamu" "Bukan seperti itu. Kenapa suka berfikiran buruk pada kekasih mu sendiri oppa" "Itu" "Apa kau tidak kasihan pada Eli oppa jika dia berangkat sendiri" "Ne, Ne, aku tau" Nari beranjak dari tempatnya. "Kau mau kemana" Nari menatapku lalu melempar pandangan pada Eli yang sudah keluar dari kamarnya. "Ish.. Kenapa cepat sekali" "Ya, ku fikir karena kau sebal maka dari itu aku harus cepat selesai. Tapi kenapa makin tak suka" "Agh... Sudahlah ayo" . . . Sosoknya terhembus angin melukis sedikit sebuah senyuman tiap kehilangannya. . . . *** Author POV "Uhu... Kevin-ah bagi sedikit coklat mu uh" pinta Hoon duduk di samping Kevin. "Ya, Hyeong jangan. Ini ingin ku jual lagi" "Dasar. Otak bisnis sekali kau" "hehehe... Ini karena Hyeong banyak minta dariku, sampai terbesit uang" "Ah kau" Soohyun memukul kepala Kevin. Dongho sedari tadi melihat ada sedikit ke ganjilan pada Kiseop-pun menghampirinya perlahan. Duduk di bangku rias. Mendengarkan i-pod nya sejenak lalu melepas headset kirinya, menatap Kiseop. "Hyeong" "Hmm~" "Aku tak melihat mu membawa kado valentine. Apa fans-mu tak memberi mu" "Bukan. Mereka ingat, aku menyuruh manager menaruhnya langsung di mobil." "Ah~ ku fikir" Dongho menatap Kiseop yang tersenyum sedari tadi menatap genggaman tangan kanannya. "Kau kenapa hyeong" "Haha..ini. Ada seseorang memberikannya padaku" "Apa? Apa dia yeoja?" Kiseop mengangguk di ikuti rasa penasaran Dongho. "Apa kalian dekat?" "Sangat dekat" "WOW. Apa lebih dari teman?" "haha kau ini" "Apa yang ia berikan" Kiseop membuka genggaman tangannya. Memperlihatkan sebungkus permen berbalut plastik biru muda. "Dia memberiku sebungkus permen. Ku fikir memberiku coklat atau surat seperti yang lain. Tapi malah memberiku ini" Kiseop menyinggung senyum menatap Dongho untuk menunggu komentarnya. Dongho hanya dapat menatap telapak tangan Kiseop dan menatap hyeong-nya itu. "Dongho-ah" "Eh, itu.. Sekalipun sebungkus permen paling tidak sudah memberi hadiah. Tak peduli kecil atau besar, yang terpenting kan dia tulus memberimu itu, hyeong" Kini bibir Dongho melengkung indah menanggapi hyeong-nya. *** Kiseop POV Karena beberapa hari tak ada jadwal kami memutuskan pergi ke pantai. Aku duduk di tepi pantai. Air pantai menyiram telapak kakiku. Membawa pasir pantai untuk menenggelamkan kakiku secara perlahan. "Pft~" "Sendiri" Nari berdiri di sampingku sembari menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Aku berbalik menatapnya yang berbalut pakaian sederhana berwarna abu-abu. "Ah, ne. Aku sendiri, ku fikir kau tak ikut" "Hah.. Aku selalu ada" Aku menyungging senyum. "Nari-ah" "Ye" Ku genggam telapak tanganya yang sudah mendarat di lantai pasir. "Aku mencintaimu" Kini Nari yang menyunging senyum. "Nari-ah" "Ne" "Jangan pergi sampai aku memintamu pergi" Nari tersenyum lagi. Ku peluk tubuhnya rapat. Hingga terasa udara menyelimutiku. "Seopie-ah" Mataku terbuka, mendapati Soohyun berdiri melihatku. "Hyeong" "Tak masuk?" "Ah, nanti saja" "Mm~ arraso" Soohyun hyeong-pun beranjak pergi tapi berbalik lagi. "E, Seopie-ah" "Ne" "Mm, jangan lama-lama. Angin pantai berhembus kencang." "Ne, hyeong" Aku mengikik kecil, menatap pasir pantai di sampingku. "Nari" *** Bug! "Aw.." rengek Nari, melihatnya terkena bola volly. Aku berlari ke arahnya dan mengusap pelan keningnya. "Nari-ah, gwaenchanha?" "Appo...aw~" Aku menengok ke arah Hoon dan memarahinya. "JIKA MELEMPAR BOLA HATI-HATI. KAU TIDAK TAU ADA YANG TERLUKA" "Oh, apa yang ku lakukan hyeong. Apa aku melukaimu" "Ish.. NARI!" "Nari? Nuguya?" Aku tak menghiraukan Hoon dan memapah Nari masuk hotel. . . . "Kenapa marah-marah pada Hoon oppa" "Kau tak tau dia melukaimu" "Dia kan tak sengaja oppa" "Ah, kau ini di bela tapi malah membelanya. Seharusnya aku tak menolong mu" "Oh sungguh tak ingin menolong ku, kejam sekali Kiseop ini" Nari menyentil hidungku. Sebuah tawa mengembang lagi di antara kami berdua. . . . Author POV Hoon menghampiri Kiseop yang duduk di kursi makan hotel. "Hyeong aku minta maaf, tentang kejadian tadi pagi" "Kenapa harus padaku" "Memang pada siapa lagi. Bukankah kau yang terluka?" "Sudah ku bilang kan jika Nari-ah yang terluka" "Hyeong..jangan bercanda. Aku tak melihat siapa-siapa di sana. Lagipula Nari, siapa yeoja itu?" "Dia teman ku. Teman dekat seperti kalian" "Hyeong ..jangan berkhayal" "YA! HOON-AH KAU KURANG AJAR SEKALI" "Hyeong, bukan itu maksudku" Soohyun datang untuk melerai Kiseop dan Hoon. Semua pun ikut datang menghampiri ke gaduhan ini. "Kiseop-ah~ diam. Bicara di kamar. Kau tau ini tempat umum" Kiseop menatap Soohyun lalu beranjak pergi meninggalkan Soohyun dan yang lainnya. . . . Berdiri di pinggir pantai dan melihat matahari tenggelam tak menyadarkan Kiseop jika Soohyun berada di sampingnya beberapa waktu lalu. "Ada apa denganmu" Kiseop menatap Soohyun lalu memasukkan ke dua telapanya pada saku jas panjangnya. "Aku. Aku tidak apa-apa" "Seopie katakan jujur padaku" "Sudah ku bilang aku tak apa-apa hyeong" "Akhir-akhir ini kau berbeda. Seopie yang ku lihat bukan seperti dirimu yang dulu" "Apa yang kau lihat" Soohyun menghembus nafas berat. Menatap Kiseop lalu menunduk. "Aj-ah melihat mu banyak mengigau, berbicara sendiri tersenyum sendiri. Dongho juga bertanya padaku tentang Nari yang selalu kau sebut. Kau lebih sering sendiri, ini di sadari oleh Kevin-ah dan Eli. Tadi pagi kau juga mengatakan jika Hoon-ah melukai Nari-ah. Yang ku tau hanya semua yang kau lakukan seperti berbicara sendiri." "Tsk~ Nari-ah itu nyata" "Jinjja" "Ne, hyeong. Mau ku perkenal-kan" papar Kiseop masih membuat Soohyun cemas. . . . Kiseop berjalan cepat menuju kamar hotel, sedangkan Soohyun berada di belakangnya mengikuti Kiseop. Suara menggema, memanggil seseorang yang akan di perkenalkan oleh Kiseop. "Nari-ah.. Nari.." teriakannya seakan meng-absen setiap sudut ruangan. Hoon, Kevin, Eli, Dongho dan Aj pun merasa berisik dengan teriakan Kiseop membuat mereka keluar dari kamar mereka masing-masing. "Hoam~ kau sedang apa hyeong?" tanya Kevin yang baru saja terlelap dalam tidurnya. "Nari" "Nari! Kau yakin dia tidur sekamar hotel dengan kita?" tanya Eli "Oh, ada yeoja?" wajah Aj terlihat bingung menanggapi ucapan Kiseop dan Eli. "Dia bersamaku" ucap Kiseop menatap Eli lalu melempar pandangan pada yang lainnya. Kiseop terus berteriak, kesana kemari. Hingga tujuan akhirnya adalah kamarnya sendiri yang ia dapati kosong tanpa Nari. "E, hyeong kau yakin jika ada yeoja di sini?" tanya Dongho ragu. "Sudah ku bilang Nari bersamaku tadi" "Nari.. Nari-ah" "Hyeong~" suara Hoon menyuruhnya agar berhenti meneriaki Nari. Kiseop menatap semua saudaranya. Menggambarkan jika mereka tak percaya dengan semua ucapan Kiseop. "Kalian kenapa menatapku seperti itu!?" "Sudahlah, mungkin kau terlalu lelah" kata Eli menghampiri Kiseop, memegang pundak Kiseop dan menyuruhnya untuk tidur. "Oh, jadi kalian fikir aku membual, HUH!" Kiseop menepis tangan Eli. Amarahnya memuncak. Yang ia butuhkan hanya Nari. Agar mereka membungkam mulut mereka. "Bukan begitu" "Mungkin Nari-sshi sedang keluar hyeong" papar Dongho agar meredam amarah Kiseop. "Oh, tentu saja. Akan ku perkenalkan Nari" Kiseop memasuki kamar tak lupa menggebraknya, membuat beberapa dari mereka terperonjak kaget. Eli mengumpat beberapa kali. Membuat Soohyun hanya dapat menepuk punggung Eli. Sedangkan Hoon dan Aj bertukar pandang. "Ada apa dengannya" "Entahlah, dia semakin aneh" "Apa yang harus kita lakukan hyeong. Aku takut jika akan terjadi apa-apa pada Kiseop hyeong" papar Aj "Tenang. Kita pasti punya jalan keluarnya. Kali ini biarkan ia sendiri" senyum Soohyun berharap dapat sedikit memuaskan para dongsaengnya agar tenang beberapa waktu. Flashback End *** Soohyun berada di samping Kiseop. "Ah, hyeong.." Sebuah senyuman ringan mengawali sebuah percakapan. "Seopie-ah" "E, Hyeong. Jika kau tanya tentang Nari-ah. Aku harap bersabarlah, aku rasa dia ada masalah" Soohyun menepuk bahu Kiseop ringan, sengaja menatap langit mendung. "Aku tak peduli Nari-mu." Kiseop menatap Soohyun. "Yang ku pedulikan sekarang adalah dirimu Seopie-ah" Kiseop mengernyit lalu kembali memasang wajah flat setelah mendengarkan Soohyun. ".. Sudah 2 minggu lebih kau seperti ini setelah pertengkaran waktu itu" ".. Kami sudah tak tahan melihatmu tersiksa dengan khayalanmu sendiri―" "Hyeong, dia bukan khayalanku. Nari itu nyata" Eli yang mendengar percakapan Soohyun dan Kiseop langsung menyambar Kiseop dengan hantaman. BUGH! Pipi kiri Kiseop lebam, dia jatuh ambruk. Soohyun menghadang Eli agar tak menghajar Kiseop lagi. Sebuah keributan lagi membuat Dongsaengnya menuju Balkon Apartemen . . . Kiseop POV Sebuah hantaman keras menuju pipiku. Aku terjatuh seketika ketika melihat Eli memukulku. 'ADA APA DENGANNYA!' Aku bangun, jelas saja amarahku memuncak jika kita tak ada masalah dan Eli memulai dengan pukukan di wajahku. Aku bangun berusaha membalas perlakuan kurang ajarnya. Tapi Soohyun menghadangku. "APA YANG KAU LAKUKAN" "APA YANG KU LAKUKAN ADALAH UNTUK MENYADARKAN MU" "Mwo? Sadar?" "NE. SADARLAH JIKA SEMUA HANYA HALUSINASIMU, HANYA KHAYALANMU, HANYA SEBUAH REKAYASA OTAKMU. NARI ITU TIDAK ADA" "SIAL. TUTUP MULUT MU!" "APA, APA YANG INGIN KAU LAKUKAN. MENGHAJARKU SAMPAI BABAK BELUR TAK MEMBUATMU BISA MENUNJUKKAN SIAPA NARI" Aku bergerak maju, sungguh pernyataanya membuatku naik darah. Tapi sekali lagi kekuatan Soohyun hyeong membuatku tak bisa maju menghampiri Eli. "DIAM KAU" ku tatap Dongho, mengingatkan aku tentang waktu di ruang fitting. "Dongho-ah, katakan jika kau tau tentang permen yang Nari berikan" "Hyeong, yang kulihat sebenarnya tidak ada apa-apa di telapak tangan-mu. Ku fikir waktu itu kau bercanda. Mendapatimu sebahagia itu, mana mungkin aku mengatakan jika tidak ada permen" Aku terkesikap. Ku tatap Aj untuk membuktikan jika Nari ada. "Sebenarnya tidak ada dering telpon. Tidak ada juga suara yang keluar. Entah kenapa kau memanggilku untuk mendengarkan suara Nari" Aku menatap Kevin. "Mianhae hyeong" Aku menatap Hoon yang di akhirinya dengan menunduk. BLAM! Hatiku di hujani rasa sakit. ‘apa benar?’ ‘nari’ "Hyeong lupakan dia" kalimat akhir Eli sembari pergi dari hadapanku. Aku jatuh terduduk. Masih tercengang. Soohyun dan yang lainnya pun juga pergi meninggalkan ku sendiri. "Nari ah" Rintik hujan perlahan membasahi tubuhku. "Aku belum mengatakan untuk melepasmu, bukan" "Aku mengatakan jika aku mencintaimu, bukan" Air mataku mengalir terselip oleh air hujan. ‘apakah kehadiran-mu adalah sebuah penyesalanku’ *THEND* A/N: Di MV ver. Dongho ,di sini ver. Kiseop bias saya xDv Tapi tetap, yg keliatan emosional si Eli.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secret Contact behind every body|Season-2|YAOI|NC-17|ChoKi ChoKi - MIANHAE|Prolog

Telling You The Truth

Wedding Dress Part.8